Jamkrindo

Kasus Campak Melonjak, Eliminasi Global Jadi Tujuan yang Kian Jauh

Oleh Zahra Zahwa pada 01 Dec 2025, 05:33 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap bahwa meski vaksinasi campak telah menyelamatkan sekitar 58 juta jiwa sejak tahun 2000-2024, lonjakan kasus kini mengancam kemajuan tersebut. Dengan cakupan vaksin yang turun di bawah ambang 95% yang dibutuhkan untuk menghentikan transmisi, 59 negara melaporkan wabah besar sepanjang tahun lalu hampir tiga kali lipat dibanding 2021. Bahkan seperempat wabah terjadi di negara yang sebelumnya dinyatakan bebas campak, termasuk Kanada dan Amerika Serikat.

WHO menyebut eliminasi campak secara global kini menjadi “tujuan yang semakin jauh.” Kemunduran ini dipicu menurunnya sumber daya untuk imunisasi dan surveilans penyakit, termasuk berkurangnya dukungan AS terhadap program kesehatan global. Kanada sudah kehilangan status eliminasi, dan AS dikhawatirkan menyusul.

Menurut CDC, AS mencatat 1.798 kasus campak terkonfirmasi tahun ini, tertinggi sejak negara itu mencapai status eliminasi pada tahun 2000. Campak tetap menjadi virus paling menular di dunia, kata Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, dan selalu memanfaatkan celah dalam cakupan imunisasi. Secara global, lebih dari 30 juta anak tidak mendapatkan perlindungan penuh terhadap campak sepanjang 2024.

Kemenangan dan Tantangan

Meski demikian, ada kemajuan berarti: angka kematian menurun drastis sejak 2000. Semua negara anggota WHO berkomitmen mengejar eliminasi campak dan rubella melalui cakupan vaksin minimal 95%, penguatan surveilans, dan integrasi target eliminasi dalam sistem kesehatan nasional.

Tahun ini, Cabo Verde, Seychelles, dan Mauritius menjadi negara Afrika pertama yang berhasil mencapai eliminasi. 21 negara Pasifik juga meraih eliminasi campak dan rubella.

Namun, kemajuan dianggap terlalu lambat. Tiga negara belum memasukkan pemberian dosis kedua vaksin sebagai standar, padahal dosis kedua meningkatkan efektivitas menjadi 95%. Pada 2024, cakupan global baru mencapai 84% untuk dosis pertama dan 76% untuk dosis kedua. Anak-anak di wilayah konflik menjadi kelompok paling rentan.

Mengaopa Eliminasi Melambat

Penurunan imunisasi global sejak pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama. Jutaan anak yang melewatkan jadwal vaksin sulit mengejar ketertinggalan. Campak menjadi "alarm kebakaran" bagi program imunisasi: ketika campak kembali muncul, itu pertanda ada celah besar dalam cakupan vaksin dan akses layanan kesehatan. Celah yang sama terlihat pada penyakit lain seperti polio dan pertusis.

Selain disinformasi, hambatan terbesar adalah akses, terutama karena lemahnya sistem imunisasi rutin termasuk kurangnya tenaga kesehatan terlatih, logistik, transportasi, dan surveilans.

Pendanaan yang tergerus untuk Jaringan Laboratorium Campak dan Rubella Global serta program imunisasi nasional meningkatkan risiko wabah lebih besar tahun depan. WHO menegaskan bahwa pendanaan domestik yang berkelanjutan dan kemitraan baru menjadi kebutuhan mendesak untuk kembali memperkuat upaya menuju dunia bebas campak.