Jamkrindo

Pemakaman Ekstrem 'Sky Burial' di Tibet: Mengantarkan Arwah Menuju Kebebasan

Oleh Rizki Meirino pada 13 Sep 2025, 20:47 WIB

Lhasa, Tibet,Cobisnis.com — Dalam keheningan pagi yang diselimuti kabut tipis di Dataran Tinggi Tibet, sekelompok biksu dan keluarga berduka berkumpul untuk mengantarkan kepergian salah satu anggota komunitas mereka dalam sebuah upacara pemakaman yang sakral dan penuh makna: sky burial, atau pemakaman langit.

Pemakaman ini diadakan pada Jumat pagi di luar kota Lhasa, menyusul wafatnya Tenzin Dorje, seorang warga berusia 73 tahun yang dikenal sebagai petani sekaligus pemeluk Buddhisme Tibet yang taat. Sesuai tradisi kuno, jenazahnya dibawa ke puncak bukit di mana tubuhnya akan dikembalikan kepada alam—sebagai persembahan bagi burung pemakan bangkai, terutama burung nasar Himalaya.

“Bagi kami, tubuh hanyalah wadah. Setelah kematian, roh telah meninggalkan jasad ini, dan yang tersisa adalah daging yang dapat memberi kehidupan bagi makhluk lain,” ujar Lama Tsewang, salah satu biksu yang memimpin doa-doa dalam ritual tersebut.

Upacara dimulai dengan pembacaan kitab suci Bardo Thodol, atau “Kitab Orang Mati,” yang dipercaya membantu arwah melewati alam antara kehidupan dan reinkarnasi. Setelah itu, seorang rogyapa—petugas pemakaman khusus—menyiapkan jenazah sesuai tata cara tradisional.

Sekilas terdengar kejam bagi yang tidak mengenal tradisi ini, namun bagi masyarakat Tibet, pemakaman langit adalah bentuk tertinggi dari kasih sayang dan pelepasan ego. Ritual ini mencerminkan nilai-nilai Buddhis tentang kefanaan, siklus kelahiran kembali, serta hubungan mendalam antara manusia dan alam.

Pemakaman langit semakin jarang dilakukan di kota-kota besar, namun di wilayah-wilayah terpencil seperti Amdo dan Kham, praktik ini tetap hidup sebagai bagian penting dari warisan budaya dan spiritual.

Tenzin Dorje meninggalkan tiga orang anak dan enam cucu. “Ayah kami selalu berkata bahwa kematian bukanlah akhir, melainkan perjalanan pulang,” kata putrinya, Dolma. “Hari ini kami melepasnya dengan damai.”