Jamkrindo

Rusia Gagalkan Rencana Ukraina dan Inggris Curi Jet Tempur MiG-31

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 12 Nov 2025, 04:42 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Rusia kembali bikin heboh dunia internasional setelah mengklaim berhasil menggagalkan rencana pencurian jet tempur MiG-31 miliknya. Dinas Keamanan Federal Rusia atau FSB menyebut operasi itu didalangi oleh agen intelijen Ukraina dan Inggris yang berusaha memancing pilot Rusia untuk berkhianat.

Dalam laporan yang dikutip Reuters dari kantor berita RIA, Selasa (11/11/2025), FSB mengungkap kalau mata-mata kedua negara itu menawarkan imbalan besar, yakni sekitar US$3 juta atau setara Rp50 miliar, kepada pilot yang bersedia mencuri jet tempur MiG-31. Jet ini dikenal sebagai salah satu pesawat paling canggih yang dimiliki Rusia karena bisa membawa rudal hipersonik Kinzhal.

Rencana itu, menurut FSB, dilakukan dengan cara membujuk pilot agar menerbangkan pesawat tersebut ke pangkalan udara NATO di Constanța, Rumania. Namun, Rusia mengklaim sudah lebih dulu menggagalkan misi ini sebelum sempat terjadi.

Yang bikin rencana ini makin mencurigakan, FSB menuding bahwa begitu jet itu memasuki wilayah NATO, pesawatnya kemungkinan besar akan ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Barat. Tujuannya disebut untuk menghapus jejak dan menghindari terungkapnya keterlibatan intelijen asing.

MiG-31 sendiri merupakan jet pencegat berkecepatan tinggi yang bisa terbang lebih dari Mach 2,8. Jet ini dirancang untuk menembak target di ketinggian ekstrem dan bisa membawa rudal Kinzhal yang melaju hingga 10 kali kecepatan suara. Jika pesawat itu jatuh ke tangan NATO, teknologi hipersonik Rusia bisa terungkap ke pihak Barat.

FSB dalam pernyataannya menegaskan bahwa pihaknya berhasil mengidentifikasi dan menghentikan seluruh jaringan yang terlibat. Mereka menyebut aksi ini sebagai provokasi besar yang ditujukan untuk melemahkan keamanan nasional Rusia.

Meski begitu, laporan FSB ini belum bisa diverifikasi secara independen oleh pihak luar. Beberapa analis menilai klaim seperti ini juga bisa jadi bagian dari perang informasi antara Rusia dan Barat, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di medan perang Ukraina.

Sementara itu, pemerintah Inggris belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan tersebut. NATO pun memilih diam dan tak mengonfirmasi adanya operasi semacam itu. Ukraina, di sisi lain, belum menanggapi tudingan yang dilontarkan Rusia melalui media.

Kasus ini menunjukkan betapa dalamnya perang bayangan antara Rusia, Ukraina, dan sekutu Barat. Selain di medan tempur, kini pertempuran juga berlangsung di ranah intelijen, di mana propaganda dan disinformasi jadi senjata yang tak kalah berbahaya dari peluru.

Bagi Rusia, keberhasilan FSB ini dijadikan bukti bahwa mereka mampu menjaga kedaulatan militernya di tengah tekanan internasional. Namun bagi pengamat luar, kasus ini justru memperlihatkan betapa panasnya rivalitas global yang kian susah dibedakan antara fakta dan narasi politik.