Jamkrindo

Sejarah Gila Crocs: Dulu Dibenci, Sekarang Disukai Semua Orang

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 07 Nov 2025, 05:31 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Siapa sangka, sepatu berlubang yang dulu dianggap aneh bisa menjelma jadi ikon fashion dunia. Crocs, merek asal Amerika Serikat yang lahir tahun 2002, awalnya cuma dibuat buat pelaut. Tapi sekarang, sepatu berbahan busa ringan itu jadi salah satu bisnis ritel paling sukses di dunia.

Tiga pendirinya, Scott Seamans, Lyndon Hanson, dan George Boedecker Jr., menciptakan Crocs buat alasan sederhana: sepatu yang nyaman, ringan, tahan air, dan nggak licin di dek kapal. Tapi keberuntungan datang cepat. Saat pameran kapal di Florida tahun 2002, 200 pasang Crocs pertama langsung habis terjual.

Bahan Croslite, busa khas Crocs, jadi kunci suksesnya. Ringan, empuk, dan bisa dipakai di mana aja. Desainnya yang dianggap “jelek tapi jujur” justru bikin orang penasaran. Lama-lama, Crocs jadi sepatu paling praktis buat dipakai di rumah, di pantai, atau bahkan di kantor santai.

Strategi Crocs makin tajam setelah mereka beli perusahaan Jibbitz, pembuat aksesoris kecil buat dipasang di lubang sepatu. Dari situ, Crocs bukan cuma sepatu, tapi juga alat ekspresi diri. Setiap orang bisa tampil beda sesuai gaya masing-masing.

Titik balik besar datang saat Crocs mulai kolaborasi sama nama besar kayak Justin Bieber, Post Malone, Balenciaga, sampai desainer Salehe Bembury. Kolaborasi itu ngebawa Crocs ke level baru: dari sepatu rumah jadi simbol streetwear global.

Yang menarik, Crocs sempat diremehkan, bahkan disebut sepatu paling jelek di dunia. Tapi justru karena tampil beda dan nggak berusaha keren, Crocs dapet tempat di hati banyak orang. Orang capek sama tren yang terlalu serius mereka pengen sesuatu yang simpel dan nyaman.

Pandemi COVID-19 juga jadi momen penting. Saat orang lebih banyak di rumah, kebutuhan sepatu nyaman meningkat tajam. Crocs jadi pilihan ideal: ringan, gampang dibersihin, dan multifungsi. Penjualan global mereka sempat naik lebih dari 60 persen pada masa itu.

Dari sisi bisnis, Crocs juga jago. Produksi efisien, bahan mudah dibuat massal, dan margin keuntungannya tinggi. Mereka juga agresif di e-commerce dan terus jaga loyalitas pelanggan lewat strategi komunitas dan kolaborasi.

Secara sosial, Crocs menggambarkan perubahan cara orang melihat fashion: dari simbol status jadi soal kenyamanan dan keaslian. Di era sekarang, orang lebih menghargai kepraktisan dibanding formalitas—dan Crocs pas banget di situ.

Kini, Crocs bukan cuma sepatu, tapi fenomena ekonomi dan budaya pop. Dari kapal ke catwalk, dari olok-olokan jadi kebanggaan. Crocs berhasil membuktikan satu hal penting: di dunia bisnis, kadang yang paling “aneh” justru yang paling berhasil.