JAKARTA, Cobisnis.com – OPEC+ berencana menaikkan produksi minyak sebesar 137 ribu barel per hari mulai November 2025. Rencana ini akan difinalkan pada pertemuan resmi tanggal 5 Oktober, sebagai strategi memperluas pangsa pasar di tengah tren kenaikan harga minyak dunia.
Kebijakan ini dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan antara harga dan permintaan global. Dengan harga minyak yang terus menanjak, OPEC+ khawatir konsumsi energi bisa menurun dan memicu perlambatan permintaan jangka panjang.
Tambahan pasokan 137 ribu barel per hari bukan angka kecil. Meski proporsinya hanya sebagian kecil dari konsumsi global sekitar 100 juta barel per hari, langkah ini memberi sinyal kuat bahwa OPEC+ tidak ingin harga melambung tanpa kendali.
Keputusan ini juga sarat kepentingan geopolitik. Sebagai aliansi antara negara OPEC dan produsen besar seperti Rusia, OPEC+ ingin mempertahankan kendali atas pasar minyak dan menghalangi produsen non-OPEC seperti Amerika Serikat mengambil keuntungan.
Bagi negara-negara importir minyak, kebijakan OPEC+ bisa membawa angin segar. Tambahan suplai berpotensi menahan harga minyak Brent dan WTI, yang dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan tren kenaikan akibat ketatnya pasokan dan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Indonesia termasuk negara yang berpotensi diuntungkan dari langkah ini. Sebagai net importir minyak, harga yang lebih terkendali dapat meringankan beban impor dan menahan tekanan subsidi energi yang membengkak saat harga minyak dunia tinggi.
Namun, bagi penerimaan negara dari ekspor minyak mentah, potensi penurunan harga bisa sedikit mengurangi nilai ekspor. Dampak ganda ini membuat kebijakan energi nasional harus tetap fleksibel agar bisa menyesuaikan dinamika pasar internasional.
Pasar saham global juga akan mencermati keputusan OPEC+. Saham sektor energi biasanya bergerak fluktuatif ketika pasokan minyak berubah. Investor akan menunggu apakah kebijakan ini cukup menekan harga atau justru memicu spekulasi baru.
Di sisi lain, konsumen global kemungkinan mendapat keuntungan. Jika harga BBM turun, inflasi energi bisa ditekan, yang pada akhirnya menjaga daya beli masyarakat dan menurunkan tekanan biaya hidup.
OPEC+ sendiri sudah beberapa kali menyesuaikan produksi sepanjang 2025. Langkah terbaru ini menunjukkan konsistensi mereka menjaga keseimbangan pasar, dengan tujuan menjaga stabilitas ekonomi global tanpa mengorbankan pendapatan anggota.