Jamkrindo

Tantangan Jangka Panjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang Perlu Diantisipasi

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 28 Sep 2025, 10:12 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar dalam jangka panjang. Meski fundamental ekonomi nasional cukup stabil, hambatan struktural dan global dapat menahan laju pertumbuhan jika tidak diatasi dengan strategi tepat.

Ketergantungan pada komoditas menjadi salah satu faktor utama. Ekspor batubara, kelapa sawit, dan nikel memang menopang penerimaan negara, namun fluktuasi harga global membuat perekonomian rentan terhadap gejolak eksternal. Diversifikasi industri menjadi kebutuhan mendesak.

Produktivitas tenaga kerja Indonesia juga relatif rendah dibandingkan negara pesaing di Asia. Hal ini berdampak pada daya saing industri manufaktur, terutama sektor berteknologi tinggi. Tanpa peningkatan keterampilan dan inovasi, Indonesia berisiko tertinggal dalam persaingan regional.

Kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penentu. Bonus demografi bisa menjadi peluang emas, tetapi juga ancaman bila angkatan kerja tidak memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar. Investasi di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi masih menjadi pekerjaan rumah besar.

Ketimpangan pembangunan antarwilayah juga belum terselesaikan. Pertumbuhan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara wilayah timur Indonesia tertinggal dalam infrastruktur, akses pendidikan, dan layanan kesehatan. Hal ini memperlebar jurang ketidakmerataan kesejahteraan.

Di sisi infrastruktur, meski pembangunan tol, bandara, dan pelabuhan terus dilakukan, pemerataan belum sepenuhnya terwujud. Biaya logistik di Indonesia masih mencapai 23% dari PDB, jauh lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lain, sehingga menekan daya saing produk domestik.

Birokrasi dan kepastian hukum menjadi faktor lain yang kerap dikeluhkan investor. Regulasi yang berbelit, serta isu korupsi dan ketidakpastian hukum, membuat investor asing ragu menanamkan modal jangka panjang di Indonesia. Reformasi kelembagaan dinilai krusial.

Dari sisi fiskal, kebutuhan pembiayaan pembangunan yang tinggi berpotensi meningkatkan utang negara. Meski rasio utang Indonesia masih di bawah 40% terhadap PDB, pengelolaan yang hati-hati tetap diperlukan agar tidak mengurangi ruang fiskal untuk program prioritas.

Perubahan iklim dan transisi energi juga menjadi tantangan baru. Ketergantungan pada batubara berisiko mengurangi daya tarik investasi global, sementara adaptasi ke energi terbarukan membutuhkan biaya besar dan koordinasi lintas sektor yang kuat.

Persaingan global semakin ketat dengan munculnya negara-negara seperti Vietnam dan Thailand yang agresif menarik investasi manufaktur. Jika Indonesia tidak mampu meningkatkan efisiensi, sebagian investasi berpotensi lari ke negara pesaing.

Dengan tantangan tersebut, strategi pembangunan jangka panjang Indonesia harus diarahkan pada peningkatan produktivitas, pemerataan pembangunan, reformasi birokrasi, dan percepatan transisi energi. Tanpa langkah berani, potensi besar ekonomi Indonesia bisa terhambat.