JAKARTA, Cobisnis.com – Krisis ekonomi Venezuela menjadi sorotan dunia karena dampaknya yang luas dan dramatis. Negara yang dulunya kaya minyak ini terjerat inflasi ekstrem, kelangkaan barang, dan kemiskinan massal akibat kebijakan ekonomi yang salah arah.
Salah satu penyebab utama adalah ketergantungan berlebihan pada minyak bumi, yang menyumbang lebih dari 90 persen pendapatan ekspor. Saat harga minyak jatuh di pasar global, pendapatan negara langsung merosot, memicu krisis fiskal dan sosial.
Pemerintah mencoba menutup defisit anggaran dengan mencetak uang secara masif. Akibatnya, Venezuela mengalami hiperinflasi yang membuat nilai mata uang anjlok dan daya beli masyarakat hancur. Harga kebutuhan pokok melonjak, bahkan jutaan persen, membuat rakyat kesulitan membeli makanan dan obat.
Kebijakan kontrol harga yang diterapkan pemerintah juga menimbulkan efek sebaliknya. Produsen enggan memproduksi karena harga jual tidak menguntungkan, sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar.
Faktor lain yang memperburuk kondisi adalah korupsi dan manajemen pemerintahan yang lemah. Banyak proyek sosial dan infrastruktur gagal tersalurkan dengan baik, sementara dana publik disalahgunakan.
Ketidakstabilan politik juga memperparah krisis. Investor asing menarik diri, bisnis lokal tutup, dan masyarakat kehilangan kepercayaan pada sistem ekonomi dan pemerintah.
Dampak sosialnya sangat berat. Puluhan juta warga terpaksa migrasi keluar negara, kemiskinan meningkat drastis, dan krisis kesehatan menjadi masalah nyata di tengah masyarakat.
Fenomena Venezuela mengajarkan pelajaran penting bagi negara lain: diversifikasi ekonomi, kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati, serta tata kelola pemerintah yang transparan sangat menentukan stabilitas ekonomi.
Kontrol harga berlebihan dan ketergantungan pada satu sumber daya membuat negara rentan terhadap guncangan global. Venezuela membuktikan bahwa ketidakseimbangan ekonomi bisa memicu krisis berkepanjangan.
Dengan pengamatan dunia internasional, Venezuela menjadi studi kasus penting bagi pemerintah dan pelaku ekonomi. Negara lain bisa belajar dari kesalahan ini agar tidak mengulang tragedi serupa.