Jamkrindo

Warung Tradisional Hadapi Tantangan Berat di Tengah Maraknya Belanja Online

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 16 Oct 2025, 06:04 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Fenomena belanja online yang makin merajalela bikin wajah ekonomi rakyat berubah cepat. Kini, warung tradisional yang dulu jadi andalan warga buat beli kebutuhan harian, mulai kehilangan sebagian pelanggan ke platform digital.

Perubahan ini bukan cuma soal gaya hidup, tapi juga persaingan harga. Platform e-commerce sering kasih promo besar-besaran dan gratis ongkir, sementara warung kecil nggak punya modal untuk bersaing di level itu. Akibatnya, daya beli masyarakat lebih banyak lari ke dunia online.

Warung tradisional juga terbentur persoalan logistik. Mereka beli stok dari distributor kecil, dengan harga yang sudah lebih tinggi. Sementara toko online bisa langsung ambil dari gudang besar atau pabrikan, bikin harga mereka jauh lebih kompetitif.

Perpindahan perilaku belanja ini juga dipicu kemudahan akses digital. Hanya dengan ponsel, konsumen bisa bandingin harga, baca ulasan, dan pesan barang tanpa keluar rumah. Buat sebagian orang, kepraktisan ini lebih penting daripada kedekatan sosial yang biasanya jadi keunggulan warung.

Namun di sisi lain, warung masih punya kekuatan yang belum tergantikan: kecepatan layanan dan kedekatan emosional. Saat butuh barang mendadak, masyarakat tetap datang ke warung karena bisa langsung ambil dan bayar tunai tanpa ribet.

Beberapa warung juga mulai beradaptasi dengan situasi ini. Mereka bergabung dengan platform digital seperti Mitra Bukalapak, GrabMart, atau Tokopedia Corner untuk memperluas jangkauan pembeli. Langkah ini dikenal sebagai bentuk “digitalisasi mikroekonomi”.

Menurut data Kemenkop UKM, sudah ada lebih dari 20 juta UMKM yang mulai terhubung ke ekosistem digital per 2024. Meski jumlah itu terus naik, jutaan warung kecil masih berjuang menyesuaikan diri dengan tren baru ini.

Perubahan perilaku belanja juga berdampak sosial. Uang yang dulu berputar di lingkungan lokal kini banyak mengalir ke ekosistem digital dan kota besar. Kalau dibiarkan, hal ini bisa menggerus ekonomi komunitas di tingkat bawah.

Pemerintah pun mulai bergerak lewat berbagai program seperti UMKM Go Digital dan Warung Pangan Modern. Tujuannya agar warung nggak sekadar bertahan, tapi juga naik kelas di era ekonomi digital.

Pada akhirnya, belanja online bukan musuh bagi warung tradisional. Tantangannya ada di bagaimana warung bisa ikut masuk ke arus digital tanpa kehilangan karakter lokalnya cepat, ramah, dan dekat dengan masyarakat.