JAKARTA, Cobisnis.com – Amerika Serikat tengah bekerja keras mempercepat produksi jet tempur F-16V yang tertunda untuk Taiwan, sementara pengiriman bom luncur canggih buatan AS juga mengalami penundaan akibat masalah rantai pasokan, demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan pada Senin.
Taiwan, yang menghadapi ancaman militer meningkat dari Beijing, telah berulang kali mengeluhkan keterlambatan pengiriman senjata dari Amerika Serikat, sekutu utama dan pemasok senjata terbesarnya. Dalam laporan kepada parlemen, kementerian menyebutkan bahwa pengiriman 66 unit jet tempur F-16V yang awalnya dijadwalkan tiba pada akhir 2026, kini tertunda karena pemindahan jalur produksi dan gangguan operasional.
Untuk mempercepat proses, para kontraktor di AS kini bekerja dalam dua shift selama 20 jam per hari, dan Taiwan akan terus memantau agar kontrak tetap dipenuhi. Menteri Pertahanan Wellington Koo menyampaikan bahwa kedua pihak bekerja sama mengatasi keterlambatan tersebut. Dari 66 pesawat, sebanyak 50 unit telah berada di jalur produksi, dan 10 di antaranya akan menjalani uji terbang tahun ini sebelum dikirim pada 2026.
Selain itu, pengiriman 24 torpedo MK-48 dan empat torpedo tiruan senilai T$5,46 miliar (sekitar USD 178 juta) juga mengalami penundaan hingga periode 2026–2028. Perusahaan Lockheed Martin, selaku produsen F-16 dan torpedo tersebut, belum memberikan komentar.
Sementara itu, sistem senjata lainnya, bom luncur AGM-154C Joint Standoff buatan Raytheon, juga tertunda akibat masalah rantai pasokan dan baru akan dikirim pada 2027–2028. Namun, terdapat kabar positif: pengiriman 29 sistem roket HIMARS (High Mobility Artillery Rocket Systems) justru lebih cepat dari jadwal.
Dari total tersebut, 18 sistem HIMARS yang tersisa akan tiba di Taiwan pada kuartal keempat 2026, lebih cepat dari perkiraan awal 2027. Pada Mei lalu, Taiwan bahkan telah melakukan uji tembak perdana HIMARS, sistem yang terkenal efektif digunakan Ukraina melawan Rusia, dan berpotensi menjadi senjata strategis jika terjadi konflik dengan China.