JAKARTA, Cobisnis.com – Setelah hampir dua bulan menghilang dari sorotan publik, anggota DPR nonaktif Ahmad Sahroni akhirnya muncul kembali. Politisi Partai NasDem itu buka suara soal peristiwa penjarahan rumahnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang sempat bikin geger pada akhir Agustus 2025.
Dalam sebuah pertemuan kecil bersama warga di kawasan tempat tinggalnya, Sahroni terlihat lebih tenang meski nada bicaranya tetap tegas. Ia mengaku kecewa karena merasa disalahpahami oleh publik dan menjadi sasaran kebencian tanpa dasar yang jelas.
“Semua orang benci saya, tapi saya nggak korupsi,” ucap Sahroni dalam video yang beredar luas di media sosial. Ucapan itu langsung viral dan kembali memicu perbincangan soal posisinya sebagai politisi yang tengah tersudut isu.
Sahroni menegaskan, selama menjabat di DPR, ia tidak pernah melakukan praktik korupsi ataupun memperkaya diri dengan cara melanggar hukum. Ia menyebut, rumah mewahnya yang dijarah warga adalah hasil kerja keras bertahun-tahun, bukan hasil dari jabatan politiknya.
“Rumah itu saya bangun dari hasil usaha dan kerja keras saya sendiri, bukan uang negara,” katanya dengan nada emosional di depan warga.
Peristiwa penjarahan rumah Sahroni sebelumnya terjadi di tengah situasi panas pasca-kericuhan sosial di beberapa wilayah Jakarta Utara. Saat itu, rumahnya diserbu dan dijarah oleh massa yang disebut termakan isu negatif di media sosial.
Sahroni menilai, tindakan itu bukan murni kemarahan warga, melainkan akibat dari hasutan dan framing pihak tertentu yang ingin menjatuhkan namanya. Ia pun mengaku tak dendam dan memahami bahwa sebagian warga hanyalah korban provokasi.
“Saya nggak dendam, karena saya tahu mereka cuma korban dari informasi yang salah,” ujarnya.
Meski sudah bicara terbuka, publik masih menunggu langkah resmi dari Sahroni, termasuk apakah ia akan kembali aktif di politik atau memilih mundur sepenuhnya dari panggung publik. Pihak NasDem sendiri belum mengeluarkan pernyataan resmi soal kemunculan terbarunya itu.
Kembalinya Sahroni ke publik menjadi sorotan karena memperlihatkan dinamika politik yang terus bergulir di tengah tekanan sosial dan persepsi publik yang keras terhadap pejabat. Pernyataannya bisa jadi sinyal awal dari upaya klarifikasi dan pemulihan citra dirinya di hadapan masyarakat.