JAKARTA, Cobisnis.com – Sebuah video penyelamatan bocah 8 tahun di tengah banjir bandang Vietnam viral di media sosial. Momen menegangkan itu terjadi di kawasan Vietnam tengah yang sedang dilanda hujan ekstrem selama sepekan terakhir.
Dalam rekaman yang beredar, terlihat petugas penyelamat berjuang melawan arus deras untuk menarik bocah tersebut dari reruntuhan kayu dan lumpur. Warga sekitar ikut membantu dengan peralatan seadanya sambil meneriakkan doa dan harapan agar anak itu bisa segera diselamatkan.
Anak itu akhirnya berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat meski mengalami luka ringan. Tangis bahagia warga pun pecah, menjadi momen haru di tengah situasi bencana yang masih berlangsung.
Banjir besar di wilayah Vietnam tengah itu telah menelan korban jiwa sebanyak 13 orang. Selain itu, 11 orang lainnya dilaporkan masih hilang dan terus dalam pencarian oleh tim SAR dan militer setempat.
Pemerintah Vietnam menyebut bencana ini sebagai salah satu banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir. Hujan ekstrem terjadi sejak 22 hingga 28 Oktober, dipicu oleh badai tropis Fengshen dan hembusan angin dingin dari utara.
Curah hujan di beberapa wilayah mencapai 600 hingga 900 milimeter hanya dalam beberapa hari. Akibatnya, banyak daerah terisolasi karena jembatan runtuh dan jalan tertutup lumpur.
Tim penyelamat bekerja tanpa henti meski cuaca masih belum stabil. Mereka menggunakan perahu karet, tali, dan helikopter untuk menjangkau wilayah yang sulit diakses. Fokus utama mereka saat ini adalah mencari korban hilang dan menyalurkan bantuan ke desa-desa yang terendam.
Sementara itu, ribuan warga dievakuasi ke lokasi pengungsian darurat yang disiapkan oleh pemerintah daerah. Bantuan berupa makanan, selimut, dan obat-obatan juga mulai disalurkan dengan dukungan lembaga kemanusiaan lokal dan internasional.
Kementerian Transportasi Vietnam mengimbau warga untuk tidak melintasi jalan yang tergenang dan tetap waspada terhadap potensi longsor di daerah pegunungan. “Keselamatan warga adalah prioritas utama,” kata pejabat setempat.
Peristiwa ini menambah daftar panjang bencana hidrometeorologi yang melanda kawasan Asia Tenggara dalam beberapa bulan terakhir. Para ahli menilai, pola cuaca ekstrem ini semakin sering terjadi akibat dampak perubahan iklim global.