Jamkrindo

AS Tegaskan Korea Selatan Bukan Manipulator Mata Uang

Oleh M.Dhayfan Al-ghiffari pada 29 Sep 2025, 09:05 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Pemerintah Amerika Serikat menegaskan bahwa Korea Selatan tidak termasuk negara yang melakukan manipulasi mata uang untuk meraih keunggulan perdagangan. Keputusan ini memberikan kepastian bagi hubungan ekonomi kedua negara di tengah dinamika global.

Penilaian ini muncul dari laporan pemantauan mata uang yang rutin dirilis oleh Departemen Keuangan AS. Laporan tersebut menilai praktik intervensi valuta asing di sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk Korea Selatan.

AS menyatakan bahwa meski Korea Selatan sesekali melakukan intervensi di pasar valas, langkah tersebut tidak ditujukan untuk menciptakan keuntungan dagang yang tidak adil. Intervensi lebih banyak dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar won di tengah volatilitas pasar global.

Bagi Korea Selatan, status ini penting karena label “manipulator mata uang” dapat menimbulkan risiko diplomatik dan sanksi ekonomi. Penilaian positif dari AS akan menjaga kepercayaan investor terhadap stabilitas kebijakan moneter Negeri Ginseng.

Kebijakan stabilisasi won dinilai penting mengingat Korea Selatan sangat bergantung pada perdagangan internasional. Dengan ekspor sebagai salah satu motor utama pertumbuhan PDB, kepastian nilai tukar menjadi faktor yang sangat diperhatikan.

Hubungan perdagangan AS–Korea Selatan sendiri mencapai ratusan miliar dolar per tahun. Kejelasan posisi Korea Selatan dalam laporan mata uang AS menjadi sinyal positif bagi arus perdagangan dua arah maupun investasi asing langsung.

Pasar keuangan regional juga merespons positif keputusan ini. Won Korea cenderung stabil dan tidak menunjukkan gejolak signifikan setelah laporan dirilis, menandakan kepercayaan investor tetap terjaga.

Secara geopolitik, pernyataan AS ini turut memperkuat kemitraan strategis dengan Korea Selatan. Di tengah ketegangan global, kestabilan hubungan dagang kedua negara menjadi salah satu faktor penting bagi kawasan Asia Timur.

Laporan ini juga menunjukkan pendekatan pragmatis AS terhadap mitra dagangnya. Alih-alih menekan Korea Selatan, AS memilih mendorong transparansi kebijakan moneter agar tetap sejalan dengan prinsip pasar bebas.

Dengan keputusan tersebut, Korea Selatan dapat melanjutkan strategi ekonominya tanpa harus khawatir terhadap stigma negatif dari Washington. Hal ini memberi ruang lebih besar untuk memperkuat posisi perdagangan dan stabilitas domestik.