JAKARTA, Cobisnis.com – Perdana Menteri China Li Qiang menyatakan keyakinannya bahwa perekonomian China mampu mempertahankan laju pertumbuhan meskipun menghadapi tantangan dari kebijakan proteksionis global. Keyakinan ini menjadi sinyal positif bagi pasar dunia yang tengah cemas akan ketidakpastian ekonomi.
Li menegaskan bahwa meskipun perdagangan global terhambat oleh tarif dan hambatan non-tarif dari sejumlah negara, China tetap memiliki fondasi ekonomi domestik yang kuat. Konsumsi dalam negeri dan transformasi industri disebut sebagai motor baru yang dapat menjaga momentum pertumbuhan.
Proteksionisme global selama beberapa tahun terakhir meningkat seiring dengan persaingan geopolitik, terutama antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan ini membatasi akses produk China ke pasar internasional, khususnya di sektor manufaktur, teknologi, dan energi hijau.
Namun, China merespons dengan memperluas basis ekonomi domestik. Pemerintah fokus pada mendorong konsumsi rumah tangga, memperkuat investasi teknologi digital, serta transisi menuju energi bersih sebagai sumber pertumbuhan jangka panjang.
Li juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas keuangan. Reformasi pasar, deregulasi, dan insentif fiskal untuk industri strategis terus dijalankan agar China tetap menarik bagi investor asing.
Pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China tercatat masih berada di atas 5 persen. Angka ini relatif tinggi dibandingkan banyak negara lain, meskipun sedikit melambat akibat tekanan global dan pelemahan permintaan ekspor.
Optimisme pemerintah menjadi faktor penting dalam menjaga sentimen pasar. Dengan pernyataan Li, China ingin menunjukkan bahwa mereka tetap mampu menjadi mesin pertumbuhan global di tengah tren proteksionisme.
Dari sisi geopolitik, keyakinan China juga menjadi pesan diplomatik kepada mitra dagang. Negeri Tirai Bambu ingin menegaskan bahwa mereka tetap terbuka terhadap kerja sama ekonomi sekaligus siap mencari alternatif mitra perdagangan.
Investor global menilai sikap optimis China sebagai tanda stabilitas. Kepastian arah kebijakan ekonomi akan membantu menjaga arus modal masuk, meski tekanan dari luar negeri masih kuat.
Dengan langkah tersebut, China berusaha membuktikan bahwa meski proteksionisme meningkat, potensi ekonominya tetap tangguh. Pertumbuhan berbasis konsumsi domestik dan inovasi diyakini menjadi kunci menjaga daya saing di era penuh ketidakpastian.