JAKARTA, Cobisnis.com – Kota Surabaya mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,24 persen pada triwulan II tahun ini. Angka tersebut menunjukkan ketahanan ekonomi kota terbesar di Jawa Timur tetap terjaga di tengah dinamika nasional maupun global.
Pertumbuhan ini sebagian besar ditopang oleh peran pasar tradisional yang masih menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat. Pasar tradisional dinilai mampu menjaga daya beli, mendorong transaksi ritel, serta menyalurkan produk-produk UMKM dan hasil pertanian lokal.
Kontribusi pasar tradisional tidak hanya dalam perdagangan barang kebutuhan pokok, tetapi juga menciptakan lapangan kerja di sektor informal. Ribuan pedagang, buruh angkut, hingga penyedia jasa transportasi menggantungkan penghidupan pada aktivitas pasar.
Surabaya sebagai pusat perdagangan di Jawa Timur juga mendapat keuntungan dari tingginya perputaran barang melalui pasar tradisional. Distribusi produk lokal maupun antar-daerah semakin memperkuat posisinya sebagai hub ekonomi di kawasan timur Indonesia.
Kinerja ekonomi 5,24 persen ini mencerminkan soliditas konsumsi rumah tangga. Konsumsi tetap menjadi motor utama pertumbuhan, dengan pasar tradisional sebagai salah satu pilar terkuat dalam menopang permintaan domestik.
Selain itu, multiplier effect dari aktivitas pasar tradisional terlihat nyata. Sektor transportasi, logistik, hingga jasa keuangan mikro ikut merasakan dampak positif dari perputaran transaksi di pasar. Hal ini membuat pasar tradisional tak hanya berperan lokal, tetapi juga strategis dalam skala kota.
Pemerintah kota disebut akan terus mendorong modernisasi pasar tradisional agar lebih kompetitif tanpa menghilangkan ciri khasnya. Upaya revitalisasi, digitalisasi transaksi, hingga peningkatan fasilitas dipandang penting untuk menjaga kontribusinya terhadap ekonomi.
Di sisi lain, sektor lain seperti industri pengolahan dan jasa juga ikut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Surabaya. Namun, keberadaan pasar tradisional menjadi penopang nyata yang mampu menjaga stabilitas ekonomi rakyat.
Pertumbuhan Surabaya sebesar 5,24 persen dapat menjadi contoh bagaimana basis ekonomi rakyat, khususnya pasar tradisional, tetap relevan di era modern. Keberhasilan ini sekaligus memperkuat pondasi pertumbuhan Jawa Timur secara keseluruhan.
Dengan capaian ini, Surabaya diharapkan mampu mempertahankan momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian global. Pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat akan terus menjadi fondasi penting bagi perkembangan ekonomi kota.