JAKARTA, Cobisnis.com – Sedikitnya 162 orang tewas akibat banjir besar yang menerjang Thailand selatan sejak 19 November 2025. Banjir bandang ini disebut sebagai yang terburuk dalam satu dekade, dengan dampak meluas dari permukiman hingga jalur logistik utama.
Curah hujan ekstrem mencapai 630 milimeter dalam tiga hari, jauh di atas rekor 428 milimeter saat banjir besar Hat Yai tahun 2010. Kondisi ini bikin aliran sungai meluap cepat dan menenggelamkan sejumlah distrik penting.
Pemerintah Thailand mengakui ada kekurangan dalam penanganan awal. Perdana Menteri Anutin Charnvirakul menyampaikan permintaan maaf dan menyebut pemerintah seharusnya bisa melindungi warga dengan lebih baik.
Anutin juga mengaku sudah mengunjungi kawasan yang paling parah terdampak dan memerintahkan percepatan distribusi bantuan. Fokus utama saat ini adalah penyelamatan, logistik, dan pemulihan sarana publik.
Sebagai langkah tanggung jawab negara, pemerintah menyiapkan kompensasi hingga 2 juta baht atau sekitar Rp1 miliar untuk keluarga yang kehilangan anggota keluarga. Bantuan tambahan berbentuk logistik dan pembersihan wilayah juga mulai disalurkan.
Situasi banjir ini ikut memicu evaluasi besar-besaran terhadap pejabat daerah. Kepala distrik Hat Yai, Eak Young-Apai Na Songkhla, dicopot dari jabatannya karena diduga tak bisa dihubungi selama masa krisis.
Departemen Administrasi Provinsi (DPA) menyebut Eak terakhir terlihat pada 22 November dan hilang kontak setelah itu. Kondisi ini dinilai menghambat koordinasi serta keterlambatan bantuan ke wilayah paling terdampak.
Namun Eak membantah tuduhan tersebut melalui unggahan Facebook. Ia mengklaim tetap berada di wilayahnya setiap hari, tetapi terisolasi karena banjir setinggi tiga meter yang memutus listrik, sinyal ponsel, dan akses keluar.
Eak menegaskan dirinya membantu warga sebisa mungkin di tengah situasi yang tidak memungkinkan. Meski begitu, DPA tetap melanjutkan proses pemberhentiannya sebagai bagian dari langkah disiplin.
Pemerintah Thailand menyatakan investigasi internal lanjutan bakal dilakukan. Tujuannya menentukan apakah ada kelalaian struktural lain yang memperburuk kondisi penanganan banjir di Thailand selatan.