JAKARTA, Cobisnis.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai menunjukkan dampak positif yang signifikan terhadap peningkatan status gizi anak. Berdasarkan data terbaru Dinas Kesehatan Jayapura, angka stunting berhasil turun dari 21,3% pada 2023 menjadi 15,15% per September 2025. Capaian ini memperlihatkan bahwa penyediaan makanan bergizi seimbang berperan besar dalam memperbaiki kesehatan anak di Indonesia.
Selain fokus pada perbaikan gizi, pemerintah juga memperkuat aspek keamanan pangan. Evaluasi dan penanganan terus dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan setiap makanan yang disalurkan aman dan sesuai standar kesehatan.
Untuk menjaga kualitas layanan, para penjamah makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) rutin mendapatkan pelatihan dari Badan Pangan Nasional (BGN). Hingga saat ini, sebanyak 2.705 penjamah makanan dari 75 SPPG di Kota Kupang dan Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT, telah mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas tersebut.
Ketua Umum DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Ir. Doddy Izwardy, B.Sc., M.A., Ph.D., menyebut keterlibatan tenaga ahli gizi menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan MBG. “Sejak awal, PERSAGI turut memberikan masukan penting terkait pelaksanaan MBG. Para ahli gizi yang bertugas di SPPG memahami komposisi menu yang sesuai dengan kebutuhan anak. Saat ini, PERSAGI memiliki lebih dari 53 ribu anggota di seluruh Indonesia yang aktif berkoordinasi,” jelasnya.
Doddy menambahkan, menu MBG telah disusun berdasarkan pedoman angka kecukupan gizi yang diatur dalam Permenkes. Unsur karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral menjadi perhatian utama, disertai pengawasan ketat dari tahap pemilihan bahan, penyimpanan, hingga pengiriman ke sekolah. “Kalau kita masak oseng tauge misalnya, teksturnya harus dijaga. Kalau terlalu lembek, tandanya sudah tidak layak dikonsumsi dan tidak boleh diberikan ke anak-anak,” tuturnya.
Menurutnya, manfaat MBG tidak berhenti pada pemenuhan kebutuhan gizi, tetapi juga mendorong perubahan perilaku makan sehat di kalangan anak sekolah. “Anak-anak mulai terbiasa dengan makanan sehat yang mungkin belum mereka temui di rumah. Ada efek sosial juga — ketika satu anak makan sayur, teman-temannya ikut termotivasi,” tambah Doddy.
Dengan dukungan data, tenaga ahli, dan pengawasan berkelanjutan, program MBG bukan sekadar solusi sementara untuk menekan stunting, tetapi juga langkah strategis membangun generasi muda Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing di masa depan.