Jamkrindo

Trump Ancam Akan Serang Negara yang Punya Minyak Lebih Banyak dari Irak

Oleh Zahra Zahwa pada 03 Dec 2025, 04:26 WIB

JAKARTA, Cobisnis.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump tampak bersiap untuk kemungkinan perang dengan Venezuela sebuah situasi yang oleh Presiden Venezuela Nicolás Maduro disebut didorong oleh keinginan AS untuk menguasai cadangan minyak raksasa negara tersebut.

Departemen Luar Negeri AS membantah bahwa minyak menjadi faktor utama pengerahan lebih dari selusin kapal perang dan 15.000 pasukan AS ke kawasan tersebut, atau bahwa minyak menjadi alasan di balik peringatan Trump bahwa serangan darat bisa segera terjadi serta imbauan agar pesawat menghindari wilayah udara Venezuela. Pemerintahan Trump menyatakan ancaman militernya merupakan bagian dari upaya menghentikan arus migran gelap dan perdagangan obat terlarang dari Venezuela.

Apa pun alasan di balik meningkatnya ketegangan di kawasan Karibia, jika pergantian rezim terjadi, maka cadangan minyak terbesar di dunia itu pasti akan memainkan peran penting dalam masa depan Venezuela.

Potensi minyak Venezuela

Venezuela memiliki sekitar 303 miliar barel cadangan minyak mentah sekitar seperlima dari total cadangan global menurut Badan Informasi Energi AS (EIA). Ini menjadikannya cadangan minyak tunggal terbesar yang diketahui di dunia.

Namun potensi itu jauh melampaui produksi aktual.
Venezuela hanya menghasilkan sekitar 1 juta barel per hari hanya 0,8% dari produksi global. Angka ini kurang dari setengah produksi negara tersebut sebelum Maduro berkuasa pada 2013, dan sepertiga dari produksi 3,5 juta barel per hari sebelum rezim Sosialis mengambil alih pada 1999.

Sanksi internasional dan krisis ekonomi dalam negeri menekan industri minyak Venezuela, diperburuk oleh minimnya investasi dan perawatan fasilitas, menurut EIA. Infrastruktur energi negara itu memburuk, dan kapasitas produksinya merosot drastis.

Jenis minyak Venezuela yang berat dan mengandung sulfur tinggi membutuhkan teknologi canggih dan peralatan khusus untuk diekstraksi dan diolah. Perusahaan minyak internasional punya kemampuan tersebut, namun dibatasi untuk beroperasi di negara itu.

AS telah menjatuhkan sanksi terhadap Venezuela sejak 2005. Pemerintahan Trump pada 2019 memblokir hampir semua ekspor minyak mentah Venezuela ke AS. Presiden Joe Biden kemudian memberikan izin terbatas kepada Chevron pada 2022 untuk beroperasi di Venezuela guna menurunkan harga bahan bakar izin yang sempat dicabut Trump pada Maret namun kemudian diberikan kembali dengan syarat tidak memberikan keuntungan kepada pemerintahan Maduro.

Mengapa AS menginginkan minyak Venezuela

AS memang merupakan produsen minyak terbesar di dunia, namun tetap membutuhkan impor terutama minyak berat seperti milik Venezuela.

Minyak yang diproduksi AS sebagian besar adalah minyak ringan yang ideal untuk bensin, tetapi tidak cocok untuk kebutuhan industri tertentu. Minyak berat seperti Venezuela penting untuk produksi diesel, aspal, dan bahan bakar industri. Pasokan diesel dunia menipis, salah satunya akibat sanksi terhadap minyak Venezuela.

Pada September, AS mengimpor 102.000 barel minyak Venezuela per hari jauh lebih kecil dibanding impor dari Arab Saudi atau Kanada, tetapi tetap signifikan karena banyak kilang AS dirancang untuk memproses minyak Venezuela.

Dampak jika Maduro digulingkan

Membuka kembali industri minyak Venezuela untuk dunia akan memberi manfaat besar bagi AS dan sekutunya, dan berpotensi memulihkan ekonomi Venezuela.

Jika infrastruktur negara itu diperbaiki, Venezuela bisa menjadi pemasok minyak utama kembali. Namun biaya modernisasi sangat besar PDVSA memperkirakan butuh sekitar 58 miliar dolar untuk mengembalikan produksi ke puncaknya.

Jika pemerintahan yang lebih bersahabat dengan Barat berkuasa, biaya ini mungkin layak dikeluarkan. Selain untuk menstabilkan harga minyak global, peningkatan produksi Venezuela juga bisa mengurangi ketergantungan negara-negara seperti India dan China pada minyak Rusia melemahkan ekonomi Rusia serta kemampuannya mendanai perang di Ukraina.

Sanksi terhadap Venezuela juga menghancurkan ekonominya, karena PDVSA merupakan sumber pendapatan terbesar pemerintah Maduro.

Banyak analis menilai tekanan Trump terhadap Maduro tidak bisa dilepaskan dari kepentingan minyak. Akhir pekan lalu, Maduro mengirim surat kepada Sekjen OPEC, menuding Trump ingin merebut cadangan minyak negaranya.

Presiden Kolombia Gustavo Petro mengatakan dalam wawancara eksklusif dengan CNN bahwa minyak adalah kunci dari seluruh konflik ini. “Itu negosiasi soal minyak. Saya percaya itulah logika Trump,” katanya.